Padang, KabarBerita.id — Gubernur Sumatera Barat, Buya Mahyeldi, menerima audiensi dari perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa Sumatera Barat (BEM SB) di Ruang Rapat Istana Gubernuran.
Adapun kedatangan Aliansi BEM SB tersebut guna bertemu gubernur untuk membahas dan memperjuangkan nasib petani di Sumatera Barat.
Gubernur Sumatera Barat menyampaikan terima kasih atas Kepedulian mahasiswa aliansi BEM SB terhadap petani di Sumatera Barat. Gubernur menjawab satu persatu pertanyaan yang diberikan oleh mahasiswa mulai dari kenaikan inflasi, Produktivitas pertanian, harga beras, kenaikan BBM, subsidi pupuk serta harga sawit.
terkait kenaikan inflasi gubernur mengatakan pemerintah provinsi Sumatera Barat akan mengadakan berbagai event demi menekan laju inflasi di Sumatera Barat. Diantaranya mengadakan pasar murah secara serentak yang telah dilaksanakan pada bulan September lalu serta berbagai event nasional seperti MTQ Korpri, pekan olahraga mahasiswa nasional serta mewajibkan seluruh OPD untuk melaksanakan minimal tiga buah event nasional maupun regional.
Ia mengatakan banyak event di Sumatera Barat yang membuat banyak pengunjung datang dan hal tersebut berdampak pada peningkatan laju perekonomian di Sumatera Barat.
Terkait laju ekonomi Sumatera Barat gubernur juga menyampaikan pertumbuhan ekonomi pada Triwulan II 2022 yang tumbuh sebesar 5,08 persen. Hal ini meningkat dari tahun 2021 yang tumbuh sebesar 3,29%, meningkat dibandingkan tahun 2020 yang kontraksi -1,62 persen.
Untuk produktivitas pertanian gubernur mengepakkan bahwa pemerintah provinsi saat ini sedang fokus mengelola produksi madu murni baik dari madu murni baik dari jenis madu Kelulut maupun madu jenis apis.
Menurut gubernur madu tersebut dapat diolah menjadi berbagai jenis produk mulai dari Propolis hingga sabun mandi. Gubernur bersama dinas kehutanan juga berhasil memberdayakan petani hutan yang berternak madu Kelud hingga mencapai 4500 stup atau kotak sarang.
Selanjutnya juga dibahas kenaikan harga beras di Sumbar. Gubernur mengatakan, produksi beras mengalami surplus hingga 600 ribu ton pada tahun 2021.
Kemudian terkait penyesuaian harga BBM, menurut gubernur, pemicu kenaikan inflasi di Sumbar salah satunya adalah konsumsi masyarakat Sumbar terhadap bahan bakar yang sangat tinggi. Untuk menekan laju inflasi tersebut pihaknya telah merencanakan reaktivasi kereta api di tahun 2023 sebagai moda angkutan publik.
Subsidi pupuk juga menjadi persoalan yang menjadi perhatian Pemprov Sumbar. Gubernur menyarankan untuk beralih dengan menggunakan pupuk substitusi.
(TBS) pada minggu ketiga Juli 2022 ini mencapai Rp1.900 per kilogram serta turunnya harga pekebun swadaya yang mengelola perkebunan rakyat. Harga di tingkat pekebun swadaya berada di bawah Rp500 per kilogram.
Asisiten Perekonomian dan Pembangunan Setdaprov Sumbar tersebut mengatakan pihaknya terus mendorong para petani membentuk kelembagaan sebagai syarat untuk bermitra dengan perusahaan. Kelembagaan tersebut dapat berbentuk kelompok tani, koperasi, atau BUMDes.