JAKARTA, Kabarberita.id – Presiden Joko Widodo perlu mempertimbangkan dukungan dari kalangan Islam dalam Pemilu 2019 nanti, oleh karena itu figur-figur santri dinilai layak untuk mendampingi Joko Widodo. Hal itu agar mampu meredam konflik sosial di masyarakat, kata Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno.
Adi Prayitno, di Jakarta, Senin, mengatakan di tengah suasana batin kebangsaan yang gaduh karena isu komunis serta massifikasi gerakan Islam, maka sebaiknya Jokowi mempertimbangkan dukungan kalangan Islam.
“Kombinasi kelompok nasionalis dan Islam dapat meredam potensi konflik sosial, karena keduanya merupakan kekuatan terbesar di republik ini,” ucap Adi.
Apalagi, sebagaimana dikatakan oleh Wasekjend DPP PDIP, Ahmad Basarah semangat menyatukan kekuatan Islam dan Nasionalis sudah menjadi visi-misi PDIP dalam memilih calon kepala daerah pada gelaran pilkada 2018, tentunya hal ini akan sangat mungkin berlanjut pada Pemilu 2019.
Belakangan ini, sejumlah survei merilis nama-nama yang dianggap potensial mendampingi Jokowi maju Pilpres 2019, di antaranya Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Zulkifli Hasan, Romahurmuzy dan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar (Cak Imin).”Pada tahap inilah, figur santri seperti Cak Imin, Zulkifli Hasan, dan Romy layak diperhitungkan,” tuturnya.
Di antara tiga nama ketua Umum parpol ini, lanjut dia, Cak Imin nisbi unggul dengan sejumlah alasan. Pertama, perolehan suara PKB melampaui suara PAN dan PPP.
Kedua, Cak Imin merupakan representasi kekuatan politik NU saat ini dengan potret keagamaan yang moderat, cocok untuk meredam isu-isu komunisme dan radikalisme.
“Ketiga, loyalitas PKB relatif sudah teruji ke Jokowi. Bahkan fungsionaris PKB kerap pasang badan ketika Jokowi diserang isu PKI dan komunis,” tuturnya.
Nama Zulkifli Hasan juga layak diperhitungkan karena memiliki irisan dengan massa Muhammadiyah. Meski kadang PAN suka bikin manuver mematikan karena kerap berseberangan dengan pemerintah. Begitupun dengan Romy, meski peluangnya juga kecil, layak juga diperhitungkan karena mewakili kelompok politik Islam.
Di sisi lain, tambah Adi, Gatot Nurmantyo belum tepat menjadi wakil Jokowi karena masih sebagai anggota TNI aktif. Sebagai panglima TNI, Gatot harus konsisten menjadi pihak yang netral serta menjauhi manuver-manuver politik.”Gatot juga belum teruji mempunyai pendukung loyal, bisa saja di tengah jalan Gatot akan ditinggalkan pendukungnya,” demikian Adi Prayitno.