Jakarta, KabarBerita.id — Survey nasional Center for Indonesian Reform (CIR) bekerjasama dengan Datasight Indonesia menunjukan bahwa komposisi latar belakang ideologi politik pasangan calon presiden dan calon wakil presiden sangat berpengaruh. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan tingkat keterpilihan (elektabilitas) calon presiden tertentu bila dipasangkan dengan calon wakil presiden dari berbagai latar belakang ideologi.
Berdasarkan hasil survey kepada 1.200 responden yang tersebar di seluruh Indonesia, diketahui bahwa elektabilitas Prabowo sebagai calon presiden masih lebih tinggi dibandingkan dengan elektabilitas tokoh lain seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono dan Puan Maharani. Namun elektabilitas Prabowo berubah begitu disandingkan dengan tokoh lain dari beberapa latar belakang ideologi.
“CIR dan Datasight Indonesia coba menanyakan kepada responden nama-nama tokoh yang layak menjadi calon presiden dan calon wakil presiden. Selanjutnya dari nama-nama tersebut kami buat beberapa simulasi pasangan calon berdasarkan ideologi dan latar belakang dukungan sosial politik masing-masing tokoh. Hasil surveynya ternyata menunjukan perubahan elektabilitas yang beragam.
Artinya partai ataupun tokoh yang ingin maju sebagai calon presiden dalam kontestasi pilpres 2024 mendatang harus memperhatikan betul latar belakang ideologi politik calon pasangannya. Karena kalau salah memilih maka elektabilitasnya bisa terjun bebas,” kata Direktur Datasight Indonesia, Radhiatmoko, dalam acara paparan hasil survey nasional tentang Simulasi Keterpilihan Pasangan Capres dan Cawapres 2024, di Jakarta, Rabu 12/1/2022.
Berdasarkan hasil survey CIR dan Datasight Indonesia pada 6 hingga 9 Januari 2022 ini diketahui dukungan responden kepada para tokoh untuk menjadi calon presiden sebesar; Prabowo (21,8%), Ganjar Pranowo (21,5%), Anies Baswedan (17,7%), Sandiaga Uno (7,2%), Ridwan Kamil (6,8%), Agus Harimurti Yudhoyono (3,3%), Puan Maharani (2,4%), Khofifah Indar Parawansa (2,4%), Eric Thohir (1,7%), Airlangga Hartarto (1,1%) dan Salim Segaf Al-Jufri (0,1%).
Sedangkan dukungan respoden bagi para tokoh untuk maju sebagai calon wakil presiden sebesar: Sandiaga Uno (19,2%), Anies Baswedan (16,1%), Ridwan Kamil (9,1%), Ganjar Pranowo (7,0%), Khofifah Indar Parawansa (6,6%), Agus Harimurti Yudhoyono (5,8%), Eric Thohir (5,3%), Puan Maharani (4,1%), Salim Segaf Al-Jufri (1,7%), Airlangga Hartarto (1,6%).
“Dari hasil survey tersebut kami buat beberapa simulasi pasangan capres dan cawapres dengan beberapa asumsi. Asumsi pertama bila pilpres diikuti 3 pasangan calon yang terdiri dari pasangan nasionalis, pasangan relijius dan pasangan nasionalis relijius.
Selanjutnya pasangan tersebut kami simulasikan lagi dengan memasukan beberapa nama tokoh berdasarkan kategori tersebut. Sehingga diketahui berapa jumlah rata-rata dukungan para calon presiden bila dipasangan dengan calon lain dengan berbagai latar belakang.
Asumsi kedua bila pilres diikuti hanya oleh 2 pasangan calon yang keduanya terdiri dari pasangan nasionalis-relijius. Pada asumsi kedua ini kami buat beberapa simulasi berdasarkan beberapa nama calon dari berbagai latar belakang ideologi,” jelas Radhiatmoko.
Berdasarkan asumsi tersebut diketahui, bila pilpres diikuti oleh 3 pasangan calon dengan latar belakang nasionalis saja dan relijius saja maka besaran dukungan reponden kepada para calon sebesar: Anies-Khofifah (34,8%), Prabowo-Puan (30,4%), Arilangga-AHY (9,9%). Dan bila beberapa pasangan calon terdiri dari tokoh nasionalis dan relijius maka hasil dukungan responden menjadi; Sandi-AHY (27,7%), Ganjar-Salim (24,8%), Anies-Airlangga (24,4%).
Sedangkan bila komposisi pasangan calon diubah lagi menjadi pasangan nasionalis-relijius semua maka pilihan respoden menjadi: Prabowo-Muhaimin (37,8%), Puan-Anies (20,0%) dan Airlangga-Salim (14,0%).
“Perubahan yang sama dapat kita lihat bila pilpres diikuti hanya 2 pasangan calon. Angka keterpilihannya akan sangat dinamis,” papar Radhiatmoko.
Bila pilpres diikuti hanya 2 pasangan calon dari kelompok nasional dan relijius saja maka dukungan responden menjadi: Anies-Erlangga (38,4%) dan Prabowo-Puan (36,5%). Sedangkan bila pasangan capres dan cawapresnya diubah maka dukungan responden menjadi: Anies-Sandi (43,1%), Ganjar-Ridwan (36,6%).
Sedangkan bila pasangan capres dan cawapres terdiri dari kalangan nasionalis-relijius semua maka hasilnya menjadi: Puan-Sandi (34,7%), Airlangga-Salim (28,4%).
Menanggapi hasil survey tersebut Direktur Center for Indonesia Reform (CIR) Muhammad Hidayaturrahman menjeleaskan dinamika politik yang berkaitan dengan calon presiden dan calon wakil presiden Republik Indonesia tahun 2024 mendatang, masih tetap dinamis, terutama dengan kemunculan nama-nama calon alternatif. Seperti nama calon wakil presiden yang cukup kuat, yaitu Khofifah Indarparawansa dan Sandiaga Uno.
Selain itu, menurut Hidayat, keberadaan nama-nama calon yang sebelumnya telah dianggap leading di beberapa survei yang dilakukan sebelumnya, seperti Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo yang cukup tinggi, namun saat dipasangkan dengan calon wakil presiden tingkat elektabilitasnya menjadi turun, bahkan kalah dengan calon pasangan lain. Seperti Pasangan Prabowo-Puan, kalah dengan pasangan Anies-Khofifah, atau Anies-Sandi. Begitu pula dengan pasangan Ganjar-Ridwan, berada di bawah pasangan Anies-Sandi.
“Dari survei ini bisa terlihat besarnya peluang kemunculan calon alternatif pasangan calon presiden dan wakil presiden. Hal ini sekaligus menjadi kabar menggembirakan bagi dinamika politik di Indonesia, yang sirkulasinya tidak hanya pada nama-nama yang selama ini muncul di media. Terutama dengan kemunculan nama Khofifah Indarparansa sebagai tokoh perempuan dan tokoh di daerah. Seperti disebut sebelumnya peluang Khofifah cukup besar jika disandingkan dengan Anies Baswedan,” tandas Hidayat.
Kontak Person: Subhan Akbar (0812 8923 4250)