JAKARTA, Kabarberita.id – PT PLN (Persero) merencanakan pembangunan empat terminal penampungan gas alam cair (LNG) berskala sedang hingga besar di Sumatera dan Jawa sebagai upaya mengantisipasi penurunan pasokan gas bumi melalui pipa di kedua wilayah tersebut.
Berdasarkan dokumen Rencana Usaha Penyediaaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN Tahun 2017-2026 yang dikutip di Jakarta, Kamis, terminal LNG di Sumatera dan Jawa itu terdiri atas dua unit berada di darat (land based) dan dua unit di laut (floating storage and regasification unit/FSRU).
Keempat terminal LNG tersebut masing-masing berlokasi di Jabar berupa “land based”, Jatim berupa “land based”, FSRU Jawa-1, dan FSRU Sumatera Bagian Utara (Sumbagut).
Sedang, di luar Jawa-Sumatera, PLN berencana membangun beberapa terminal LNG skala kecil.
Menurut dokumen yang sudah disahkan melalui Keputusan Menteri ESDM No 1415 K/20/MEM/2017 tertanggal 29 Maret 2017 tersebut, solusi impor LNG tidak dapat dikesampingkan baik untuk mendapatkan harga LNG yang lebih murah dari domestik, juga untuk mencukupi kebutuhan LNG dalam jangka panjang secara nasional.
Saat ini, PLN mendapat pasokan LNG hanya dari domestik yakni Bontang, Kaltim dan Tangguh, Papua.
Ke depan, tambahan pasokan LNG domestik yang mungkin antara lain Wasambo, Sulsel; Donggi-Senoro, Sulteng; dan Masela, Maluku.
Sesuai dokumen itu, FSRU Sumbagut direncanakan hanya diperuntukkan (dedicated) bagi pembangkit Sumbagut 134 dengan total kapasitas 800 MW dengan kebutuhan gas 80 BBTUD.
Sedangkan, beberapa pembangkit swasta (IPP) yakni Tanjung Balai Karimun berkapasitas 40 MW, Tanjung Batu 15 MW, Dabo Singkep 15 MW, Natuna 20 MW, Belitung 30 MW, dan Bintan 30 MW direncanakan memakai LNG dengan total kebutuhan gas 52 BBTUD.
“PLN saat ini merencanakan satu paket ‘cluster’ pasokan LNG mini untuk MPP (mobile power plant) Bangka 50 MW, MPP Belitung 25 MW, MPP Nias 50 MW, MPP Kalbar 100 MW, dan PLTMG Pontianak Peaker 100 MW,” sebut dokumen RUPTL PLN.