Jambi, KabarBerita.id — Beberapa hari terakhir, jagad media sosial Tanah Air diramaikan dengan viral kabar tentang langit di Muaro Jambi, Provinsi Jambi, yang berwarna merah.
Tidak hanya itu, sinar matahari pun kesulitan untuk menembus awan daerah tersebut. Lalu apa yang sebenarnya terjadi?
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan ilmiah terkait peristiwa itu. Penjelasan disampaikan via akun Twitter @InfoHumasBMKG.
Menurut BMKG, hasil analisis citra satelit Himawari-8 tanggal 21 September di sekitar Muaro Jambi, menunjukkan terdapat banyak titik panas dan sebaran asap yang sangat tebal. Asap dari kebakaran hutan dan lahan ini berbeda dari daerah lain yang juga mengalami kebakaran.
Wilayah lain pada satelit tampak berwarna cokelat. Namun, menurut BMKG, di Muaro Jambi menunjukkan warna putih yang mengindikasikan bahwa lapisan asap sangat tebal. Hal ini dimungkinkan karena kebakaran lahan atau hutan yang terjadi di wilayah tersebut, terutama pada lahan-lahan gambut.
Tebalnya asap juga didukung oleh tingginya konsentrasi debu partikulat polutan berukuran
“Mengapa Langit Memerah? Jika ditinjau dari teori fisika atmosfer pada panjang gelombang sinar tampak, langit berwarna merah ini disebabkan adanya hamburan sinar matahari oleh partikel mengapung di udara yg berukuran kecil (aerosol), dikenal dgn istilah hamburan mie (Mie Scattering),” tulis @InfoHumasBMKG.
“Mie scattering terjadi jika diameter aerosol dari polutan di atmosfer sama dengan panjang gelombang dari sinar tampak (visible) matahari. Panjang gelombang sinar merah berada pada ukuran 0,7 mikrometer.”
Selain konsentrasi tinggi, BMKG menilai sebaran partikel polutan ini juga luas untuk dapat membuat langit berwarna merah. Mengapa dikatakan ukuran partikel bisa lebih dari 0.7 mikrometer? Ini dikarenakan mata manusia hanya dapat melihat pada spektum visibel (0.4-0.7 mikrometer).
“Pada 2015, di Palangkaraya juga pernah diberitakan beberapa kali mengalami langit berwarna orange akibat karhutla, yang berarti ukuran debu partikel polutan (aerosol) saat itu dominan lebih kecil/ lebih halus (fine particle) dari pada fenomena langit memerah di Muaro Jambi kali ini,” tulis @InfoHumasBMKG.