London, KabarBerita.id – Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi mengatakan pendidikan menjadi kunci utama kesuksesan daerahnya, selain merupakan senjata dalam melawan kemiskinan.
Hal itu disampaikan Gubernur Zainul Majdi yang biasa disebut Tuan Guru Bajang (TGB) pada sesi diskusi panel Konvensi Akademisi Internasional Indonesia yang diadakan Perhimpunan Pelajar Indonesia-Inggris Raya (PPI-UK) di University of Warwick, demikian Kepala Departemen Kominfo PPIUK, John Tampi, kepada Antara London, Kamis.
Konvensi Akademisi Internasional Indonesia (Indonesian Scholars International Convention/ISIC) dari Perhimpunan Pelajar Indonesia-Inggris Raya (PPI-UK) dan Simposium Internasional (SI) ke-9 dari PPI-Dunia diresmikan Dubes RI di London Dr Rizal Sukma, Senin lalu yang berlangsung hingga 27 Juli 2017.
Pada diskusi panel bertema Cara Terbaik Mempersiapkan Generasi Muda Indonesia dalam Menghadapi Bonus Demografi di tahun 2030 Gubernur memaparkan, pendidikan menjadi kunci utama kesuksesan NTB dan pendidikan juga menjadi senjata dalam melawan kemiskinan.
Oleh karena itu, ujarnya, 20 persen dari anggaran belanja NTB dialokasikan untuk pendidikan. Dalam merancang program pembangunan NTB, dia melibatkan pemuda di mana mereka bisa berperan secara signifikan. “Selain pendidikan, dukungan masyarakat dalam membangun nilai-nilai kebersamaan terutama nilai-nilai agama membuat NTB sukses,” ujar Gubernur Majdi.
Konvensi ISIC-SI 2017 diikuti lebih dari 500 mahasiswa dan akademisi Indonesia mewakili lebih dari 50 negara serta 70.000 mahasiswa dan sarjana yang menuntut ilmu di berbagai penjuru dunia. Gubernur mempresentasikan transformasi NTB menjadi provinsi dengan Human Development Index tertinggi tahun 2015 dan pelaksana e-procurement terbaik di Indonesia.
Ketua panitia pelaksana ISIC-SI 2017 Samuel Leonardo Putra mengatakan, ISIC-SI 2017 bertemakan: “Memacu Potensi Nasional Indonesia Menuju Tahun 2030” diangkat dari berbagai sumber, termasuk The Mckinsey Global Institute, yang mengatakan bonus demografi yang akan Indonesia alami mencapai puncaknya pada 2030. Fenomena ini terjadi bila penduduk usia-kerja, yaitu antara 15-64 tahun melebihi dari mereka yang berusia tidak bekerja, demikian Samuel Leonardo Putra. (ZG)