PURWOKERTO, Kabarberita.id – Pemimpin berbeda dengan penguasa. Pemimpin berkaitan dengan perilaku yang meliputi integritas, kompetensi, rekam jejak (track record), prestasi, serta tanggung jawab. Sementara penguasa, terutama di era demokrasi elektoral seperti saat ini, ukuran umumnya menyangkut soal popularitas.
Calon gubernur Jawa Tengah, Sudirman Said mengemukakan hal itu dalam acara studium general dengan tema Menyambut Kepemimpinan Baru di Jawa Tengah di Universtas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Sabtu (30/12).
Di dunia profesional, menurut Pak Dirman, pemimpin mudah dicari sebab ukutan-ukuran kriterianya mudah diterapkan. Sementara di dunia politik, pemimpin sulit dicari.
“Di dunia politik sulit, ukurannya populer atau tidak. Dikenal rakyat atau tidak. Karena itu proses politik harus memfasilitasi orang-orang kompeten menjadi populer. Bukan sekedar memberi tempat orang populer,” kata Pak Dirman.
Untuk itu penyelenggara pemilu, baik di pusat maupun daerah sangat berperan, parpol amat berperan, pengawas Pemilu amat berperan, dan akhirnya civil society, termasuk aktivis mahasiswa berperan juga memberi tempat kepada orang kompeten untuk menjadi popoler dan akhirnya bisa masuk menjadi penguasa melalui jalur politik.
“Kita harus mengembalikan harkat demokrasi dan politik dengan mengajak sebanyak mungkin orang baik masuk politik. Orang yang sudah selesai dengan diri sendiri. Bukan soal berapa kaya dan berapa tinggi jabatan tapi soal hati. Orang yang bisa mengatakan apa artinya cukup,” jelas Pak Dirman lagi.