Jakarta, KabarBerita.id — Sebanyak tiga salinan Al Quran ditemukan dalam kondisi dirusak di berbagai lokasi di Swedia.
Salah satu kitab suci itu diselipkan pesan ancaman pembunuhan.
Media lokal Swedia, SVT, pada Rabu (1/2) melaporkan satu salinan Al Quran berisi ancaman pembunuhan ditemukan di stasiun bus, sementara dua lainnya ditemukan di lokasi berbeda di Ronneby.
Beberapa pihak menyesali penodaan terhadap kitab suci umat Muslim itu. Salah satu anggota komunitas Islam di Ronneby, Gudlaug Hilmarsdottir, mengatakan Al Quran adalah pedoman hidup.
Ia juga mengungkapkan bahwa masyarakat sangat sedih atas serangan tersebut, demikian dikutip Anadolu Agency.
Penistaan terhadap Al Quran di Swedia bukan kali pertama. Pada 2020, ditemukan kitab suci umat Islam dan daging babi terbakar di luar masjid di Ronneby.
Polisi menyebut insiden itu sebagai “kejahatan berbasis kebencian.” Mereka kemudian meluncurkan penyelidikan, tetapi tak menemukan pelaku.
Swedia tengah menjadi sorotan usai politikus sayap kanan Rasmus Paludan membakar Al Quran di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm pada 21 Januari.
Tindakan dia berlangsung saat sejumlah warga menggelar demo memprotes permintaan Turki yang mengimbau Swedia melakukan repatriasi aktivis Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Permintaan ini sebagai ‘mahar’ bagi Stockholm untuk mendapat restu dari Ankara agar bisa masuk NATO.
Saat kejadian ada polisi yang mengawal aksi tersebut. Namun mereka dilaporkan tak banyak bertindak. Swedia memang menjunjung tinggi kebebasan berbicara dan berekspresi.
Tindakan Paludan memicu protes dan kecaman, terutama dari negara mayoritas Muslim.
Sejumlah warga di Indonesia, Malaysia, dan beberapa negara di Arab bahkan menggelar demonstrasi merespons pembakaran Al Quran oleh Paludan.
Hungaria sampai-sampai menilai sikap Swedia yang membiarkan pembakaran Al Quran adalah tindakan yang “sangat bodoh.”
“Sebagai seorang Kristiani dan Katolik, saya harus mengatakan membakar kitab suci agama lain tak bisa diterima,” kata Menteri Luar Negeri Hungaria, Peter Szijjarto, seperti dikutip Russia Today, Selasa (31/1).
Beberapa pihak juga menilai aksi Paludan mengganggu langkah Swedia untuk bisa bergabung dengan NATO.
Finlandia dan Amerika Serikat bahkan menduga Rusia sebagai dalang insiden tersebut, mengingat rekam jejak Moskow yang kerap murka jika ada negara lain yang ini bergabung dengan NATO.