Penghinaan Presiden, Lucu-lucuan dan Nawacita Jokowi

Editorial Kabar Berita
Jumat 25 Mei 2018

KabarBerita.id — Senandung syair Iwan Fals tiba-tiba saja terngiang di telinga kita, saat mendengar kabar terbaru soal remaja yang mengancam akan menembak Presiden Joko Widodo dan menyebutnya kacung.

Kalau cinta sudah dibuang
Jangan harap keadilan akan datang

Cinta sepertinya sudah hilang di negeri ini, karena ketidakadilan semakin sering dipertontonkan. Hukum tajam ke satu kelompok tapi tumpul ke kelompok lain. Berpihak kepada kelompok tertentu namun menyikat golongan lain.

Kasus seorang pelajar bernama SS jadi bukti shahihnya. Anak remaja berusia 16 tahun itu mengancam akan menembak Jokowi. Bahkan dia menyebut Presiden yang kita hormati itu sebagai kacung dan gila. Videonya viral di media sosial. Publik heboh.

Polisi bergerak cepat, tak sampai 24 jam pelaku berhasil diamankan. Kita puji kesigapan polisi dalam menangkap pelaku. Bagaimanapun seorang Presiden adalah simbol negara yang tidak pantas dicaci dengan kata-kata kotor.

Tapi sayangnya polisi cepat pula menyelesaikan kasus ini. Pelaku yang masih di bawah umur dibebaskan. Alasannya karena pelaku hanya lucu-lucuan. Sekadar ingin mengetes reaksi polisi.

Dalam kasus penghinaan presiden, sudah banyak yang terjerat. Bahkan ada yang juga sama-sama pelaku di bawah umur. Bedanya pelaku di bawah umur yang sebelumnya sudah divonis bui.

Seharusnya dengan adanya kasus yang sama persis dengan pelaku yang sama pula, polisi meneruskan kasus yang melibatkan SS. Sebab secara kaidah hukum sudah ada yurisprudensi. Sudah ada vonis hakim dan bisa menjadi rujukan penyidik untuk meneruskan kasus ini.

Publik pun mulai mempertanyakan beda perlakuan ini. Ada tontonan ketidakadilan secara vulgar. Pelaku pengancam Jokowi yang satu ini terkesan diistimewakan. Komentar beraneka rupa. Aparat harus menegakkan hukum tanpa pandang bulu untuk menghentikan polemik ini.

Penegakan hukum semacam ini jelas berbahaya. Hanya menanam bom waktu yang dapat meledak seketika. Belum lagi ini jelas bertentangan dengan program Nawacita Jokowi yang didengung-dengungkan dalam kampanyenya dulu.

Dari 9 program prioritas, tersebut salah satunya menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

Kondisi penegakan hukum seeperti ini jelas menyimpang dari Nawacita. Dan jika terus dilakukan, hanya akan menggerus habis elektabilitas Jokowi.

Kita berharap, cinta tidak hilang di negeri ini seperti yang dilantunkan Iwan Fals. Semata-mata agar keadilan tegak tanpa memandang bulu dan sesuai dengan Nawacita Presiden Jokowi.

Tim Redaksi

KabarBerita

Tinggalkan Balasan