Berita  

Pengajian Kebangsaan: Islam dan Nasionalisme Tidak Bisa Dipisahkan

BREBES, Kabarberita.id– Bakal Calon Gubernur Jawa Tengah Sudirman Said, Selasa (12/9) malam menggelar Pengajian Kebangsaan di tanah kelahirannya, Desa Slatri, Brebes, Jateng. Pengajian yang menghadirkan Habib Mohammad Luthfi bin Ali bin Yahya, dan sejumlah kyai lainnya  ini dipadati oleh ribuan warga masyarakat, baik yang datang dari Slatri maupun yang datang dari berbagai penjuru Jateng, seperti Pekalongan, Tegal, Purwokerto, Sragen, dan berbagai kota lainnya di Jateng.

Warga begitu antusias mengikuti pengajian ini. Maklum yang menjadi penceramah malam itu adalah Habib Luthfi, seorang ulama kharismatik yang memiliki banyak pengikut, bukan hanya di Jateng tetapi menyebar hingga berbagai penjuru tanah air. Karena itu tidak heran jika di mana pun ada pengajian Habib Luthfi, warga dari berbagai penjuru hadir untuk mendengarkan taujih atau nasihat agama dari Sang Habib.

Bagi warga Desa Slatri, pengajian kebangsaan ini merupakan peristiwa istimewa yang ditunggu-tunggu. Sudah lama warga Slatri ingin mengundang Habib Luthfi untuk sebuah acara pengajian di desanya. Pucuk dicinta ulam tiba, Sudirman Said yang baru kembali dari menunaikan ibadah haji menghadirkan Habib yang banyak dicintai warga Slatri ini. Karenanya meskipun pengajian berjalan hingga larut, bahkan hingga masuk dini hari, warga tetap antusias mendengarkan taujih Habib Luthfi.

Sudirman Said mengungkapkan, sengaja acara ini mengambil format Pengajian Kebangsaan guna menghilangkan dikotomi antara Islam dan Nasionalisme, yang belakangan kembali muncul kepermurkaan. Ada pendapat jika Islam mengabaikan nasionalisme, sebalik jika nasionalisme mengabaikan Islam.

“Islam dan nasionalisme tidak bisa dipisahkan. Muslim yang baik tentu memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Bagaimana tidak, negara ini tegak berdiri salah satunya karena perjuangan dan pengorbanan para ulama, para santri. Jadi peran umat Islam dalam memerdekakan  dan memajukan bangsa ini sangat besar,” urai Sudirman.

Ini, lanjut Sudirman, perlu diingat. Jangan mau bangsa ini dibentur-benturkan antara Islam dan Nasionalisme. Itu hanya akan merugikan dan melemahkan bangsa Indonesia.

Habib Luthfi dalam pengajiannya juga menyampaikan hal yang sama. Habib Luthfi bercerita panjang soal hubungan Islam dengan kerajaan-kerajaan nusantara. Peran umat Islam di Indonesia jauh berakar hingga ke zaman kerajaan nusantara, sejak zaman Syailendra, Airlangga, Brawijaya, hingga Mataram. Jauh sebelum era penjajahan Belanda, umat Islam sudah berperan kuat membangun nusantara.

Lebih-lebih dalam era penjajahan dan masa kemerdekaan. Umat Islam bersama para kyai dan ulama angkat senjata mengusir penjajah. Saat kemerdekaan, tokoh-tokoh umat Islam bekerja keras merumuskan format bangsa Indonesia ke depan.

Habib Luthfi meminta masayrakat Indonesia menjaga Pancasila sebagai dasar negara. Tanpa Pancasila Indonesia akan tercerai berai. Dan Pancasila, menurut Habib Lutfi, dibangun atas dasar agama. Kekuatan Pancasila dibela oleh kekuatan agama. Sila pertama, Ketuhan Yang Mahaesa menunjukkan hal itu.

Lebih lanjut Habib menguraikan, setiap sila dalam Pancasila saling berkait. Dan empat sila berkait dengan sila pertama. “Kita tahu kemanusiaan yang adil dan beradab karena Ketuhanan Yang Mahaesa. Tahu Persatuan Indonesia karena Ketuhanan yang Mahaesa. Begitu juga dengan sila-sila yang lainnya,” jelas Habib Luthfi.

Kepada para jamaah Habib berpesan untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Indonesia kuat karena adanya keberagaman, kemajemukan. Ini harus dijaga. “Kita jangan mau dipecah-pecah. Jangan mau diobok-obok. Persatuan dan kesatuan harus dijaga. Jangan mau dilemahkan,” pesan Habib Luthfi.

Salah satu cara untuk memecah belah bangsa adalah menjauhkan umat beragama dari para ulamanya. “Ini harus diwasdapadai. Jangan beri kesempatan seujung rambut pun kepada oknum-oknum yang ingin memecah belah NKRI,” tutup Habib Luthfi. 

Tinggalkan Balasan